Dalam masyarakat yang plural seperti Indonesia sekarang ini, bahasa nasional adalah salah satu elemen perekat kesatuan bangsa. Namun penggunaan bahasa nasional hendaknya tak membuat lupa pada bahasa daerah. Ironisnya, pelestarian bahasa daerah melalui jalur pendidikan formal yang menjadikannya sebagai salah satu pelajaran tentatif di sekolah, ternyata tidak efektif. Siswa hanya memelajari konten pada pelajaran itu, bukan sebagai ilmu yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Tak kalah ironis, media dan hiburan yang menggunakan bahasa daerah kini nyaris ditinggalkan oleh generasi muda dengan alasan kuno, primitif, jadul, syirik, bid’ah dan sebagainya. Sempurna. Namun bagi saya memelajari bahasa daerah tetaplah mengasyikan. Terlebih saya adalah orang Jawa yang sangat buruk dalam hal penguasaan bahasa dan sastra Jawa.
Adanya beberapa jenis ungkapan merupakan salah satu kekayaan Bahasa Jawa. Ada ungkapan yang disebut sanepa, yaitu penggunaan lawan kata sebagai kiasan. Contohnya adalah “rasane legi brotowali” yang berarti rasanya begitu pahit. Ada pula kerata basa atau jarwo dhosok, menafsirkan makna dari suku katanya. Contohnya adalah ”kerikil = keri ing sikil”. Ada pula saloka atau peribahasa yang juga lazim ditemukan pada berbagai bahasa lainnya. Contohnya : asu gedhe menang kerahe, atau becik ketitik ala ketara, dan sebagainya.
Ada satu saloka bahasa jawa yang mungkin familiar di telinga kita: Ngayomi, Ngayemi, Ngayahi. Saloka ini sering dipakai untuk mendeskripsikan kepemimpinan. Pemimpin itu ngayomi (melindungi), ngayemi (menenangkan), ngayahi (melaksanakan). Sejauh yang kita baca, ungkapan ini pernah dipakai sebagai jargon salah satu kandidat dalam Pilpres 2009, serta beberapa kali muncul di gelanggang pilkada. Dan begitulah, untuk kepentingan kekuasaan filosofi jawa yang sarat makna itu akhirnya acapkali dijual, bahkan dipakai untuk membual.
Pemimpin itu ngayomi, memberi perlindungan. Disinilah nilai rasa seorang pemimpin berbeda dengan seorang bos. Terkait dengan tanggung jawab, pemimpin yang bijak adalah orang pertama yang mengambil resiko dalam organisasinya. Ia akan menghadapi dan memberi solusi atas semua masalah yang ada. Ia tenggang rasa, toleran dan punya empati yang tulus. Sebaliknya, pemimpin yang culas selalu memperalat bawahannya untuk menghadapi resiko sendirian. Dia selalu menyalahkan, mengkambing hitamkan dan memimpin secara otoriter tanpa kepedulian sedikitpun pada jajarannya.
Pemimpin itu ngayemi, memberi ketenangan. Ngayemi bukan nggayemi, alias mengunyah anak buahnya. Pemimpin yang baik tak hanya memosisikan diri sebagai atasan, namun bisa sebagai orang tua, sahabat, guru atau kiyai. Hal tersebut terekspos dari gaya bertutur, gestur dan ekspresi wajah. Ciri-ciri pemimpin baik adalah tidak membuat jarak dengan bawahan, kehadirannya disenangi dan ketidakhadirannya akan dikenang. Sebaliknya, pemimpin brengsek adalah pemimpin yang menciptakan teror, wajahnya selalu bersungut-sungut, kata-katanya menyakitkan, tindakannya hipokrit alias munafik. Pemimpin model ini dibenci bukan ditakuti, dan dienggani bukan disegani.
Pemimpin itu ngayahi, melaksanakan tugasnya. Mari kita mengingat sabda Kanjeng Nabi, sayyidul qaum khadimuhum, pemimpin ummat adalah pelayan bagi ummatnya. Pantang bagi seorang pemimpin hanya berleha-leha lalu memerintah orang untuk mengerjakan sesuatu yang sebenarnya menjadi tugas si pemimpin. Pantang seorang pemimpin mencari-cari alasan untuk menghindar dari pekerjaan lalu menimpakan tugas itu kepada bawahannya. Pantang seorang pemimpin memaksa orang untuk bekerja dan menagih-nagih pekerjaan, sementara pada saat yang sama ia tidak memberi ide apapun dalam bekerja dan tidak berkontribusi apapun pada pekerjaan.
Saloka ngayomi, ngayemi dan ngayahi hanyalah sebuah inspirasi tentang karakter ideal seorang pemimpin. Banyak pemimpin telah mengetahui itu, namun masih banyak yang belum mengamalkannya. Tentu bukan salah peribahasa. Ketiadaan pemimpin yang baik adalah fakta adanya banyak orang lalim di sekitar kita. Dan sejarah telah mencatat betapa banyak pemimpin yang dikutuk, dilaknat, dibenci dan dijauhi. Sebagai penderita, kebanyakan kita tak bisa berbuat apa-apa. Kita hanya meyakini bahwa Tuhan telah menyediakan tempat bagi para pemimpin yang lalim di dasar neraka. Pemimpin yang baik adalah harapan kita semua. Bagaimanakah tipe pemimpin yang ada di tempat Anda?
sumber gambar: korhejdalle.wordpress.com
hiyahahahaha..
*membaca sambil membayangkan seseorang di pojok sana
piye kabare? 😀
pemimpin ditempat saya biasa aja.
Rindu pemimpin yang bisa ngayomi, ngayemi dan ngayahi seperti dizaman Rasulullah dan para sahabat dulu…
(Maaf) izin mengamankan KEEMPAX dulu. Boleh, kan?!
Merindukan seorang pemimpin yang bisa nyayomi, ngayemi, dan ngayahi. Satu saja dulu…..
Spertinya standar pemimpin di negara kita masih tetap sama sih… belum ketemu yang ngayomi, ngayemi, ngayahi… 😦
Pemimpin hendaknya menjadi Bapak bukan menjadi Bos, karena kerja dilakukan berdasarkan keterpaduan semua pihak
agaknya makin banyak pemimpin negeri ini yang sudah melupakan prinsip kepemimpinan ngayomi, ngayemi, dan ngayahi, mas sedjatee. yang ada cuman pemimpin yang suka ngapusi dan ngadali rakyatnya. doh!
Slam Bang Sedj
Setiapkita adalah pemimpin
selalu belajr untuk Ngayomi,ngayemi dan ngayahi 🙂
salam kenal, kunjungan balik ditunggu di sini http://ramlannarie.blogspot.com/ dan http://ramlannarie.wordpress.com/
Ngayomi,ngayemi,ngayahi..sebuah ungkapan yg sekarang cuma di praktekkan untuk kepentingan golongan/kelompok tertentu dan bukan utk seluruh rakyat,jd sangat disayangkan… salam kenal
Moga moga ke depan semakin banyak pemimpin yang berkompeten yaaah
kunjungan pertama ya
salam kenal 🙂
Bos..commentku kok gak bs masuk yo..
> bahasa daerah mulai pudar, di alami juga sama bahasa sunda, mestinya kepudaran ini gak boleh terjadi.
> sejatinya pemimpin adalah pelayan dari yang di pimpinnya, tetapi hal itu tidak terjadi disini..mungkin lebih tepatnya..nggayemi
mungkin gak ya masih ada?suatu hari nanti pemimpin yang ngayomi,ngayemi dan ngayahi….
salam
Pemimpin kita bergaya bossy, sehingga ketika ada masalah berlagak tidak tahu, pura-pura perduli dan begaya ikut merasakan, padahal semuanya dilakukan dengan kepura-puraan, agar masyarakat memlilih dia lagi.
Penuturan anda sungguh gamblang, semoga ada figur pemimpin yang punya mindset tersebut.
Dan bagi pembaca sebagai calon pemimpin silakan menyikapinya …
Salam hangat dari Solo
Hmmm secara umum pemimpin alias pejabat-pejabat yang ada di Indonesia semua bermoral BOBROK. Gak semua sih, masih banyak yang mempunyai idealisme tinggi dan beratitude bagus, tetapi itu hanya segelintir orang. Jangan aneh klo Indonesia gak maju-maju selalu banyak hambatan di sana-sini terutama persoalan birokrasi…
Makasih Mas..dapat dan tambah wacana nih
Bagaimanakah tipe pemimpin yang ada di tempat Anda? Asah — Asih — Asuh
Tararengkyu n sukses slalu 😉
setuju dengan kalimat “bahasa daerah yang dipelajari” hanya konten saja, tidak dalam pengaplikasiannya. Di jabar pun (khususnya daerah dekat ibukota) para siswa ngomongnya elu gue padahal ortunya orang sunda…
mantap mas.. kosatakata baru bagi saya
ketiga hal inilah menjadi pedoman dasar pemimpin, agar setiap negara menjadi makmur sentausa.
yups, pemimpin ditempat saya juga masih ngebos yang maunya dituruti,
kapan pemimpin yang ngayomi, ngayemi, ngayahi tampil memimpin rakyat yang plural ini yaa,,masih berharap ada 🙂
agak OOT Pak…
sebenarnya, tidak semua zikir di bukunya Hasan Al Banna itu bid’ah, ada juga yang sesuai, dan yang di postingan Pagi dan Sore saya itu tidak mengambil dari bukunya Hasan Al Banna.Wa Allaahu A’lam
Kekuasaan itu terasa semanis air susu ibu sekaligus sepahit penyapihan. Kangen binaan yang disebabkan kekuasaan akan dimakzulkan. Dan , korsi kekuasaan itu terus berputar.
Semoga bangsa ini dapat melahirkan pemimpin-pemimpin yang dapat mengayomi, ngayemi, dan ngayahi masyarakatnya.
Dengan Mengatasi Permasalahan Yang Kedil; Maka, Kita Dapat Mengatasi Permasalahan Yang Besar.
Sukses selalu
Salam ~~~ “Ejawantah’s Bolg”
Memang sekarang banyak pemimpin dinegara kita ini tapi hanya sedikit yang mengamalkan tiga saloka tadi! Kita merindukan pemimpin yang tidak hanya mengerti saloka ngayomi, ngayemi dan ngayahi, tapi terlebih ke pengamalannya dalam kinerja kepemimpinannya. Dan itu entah kapan?…
Ngayomi, ngeyemi, ngayahi masih jauh dari yang kita harapkan pada pemimpin di negara kita… Tapi saya percaya kalau masih ada pemimpin di negeri ini yang benar-benar bisa ngayomi, ngeyemi, dan ngayahi (walaupun mungkin tidak banyak).
Terimakasih
Saya tertarik dengan saloka ngayomi, ngayemi dan ngayahi. Semoga para penyelenggara negeri ini juga terinspirasi dengan tiga kata tersebut..
kalao disunda juga banyak mas sama kaya jawa literaturnya :)kaya bahasa walaupun di jawa barat tapi dialek masing2 daerah juga beda-beda .. guru digugu dan ditiru 😀
Mugih2 kantuk pemimpin kang ngayomi, ngayemi lan ngayahi 🙂
Memang seharusnya pemimpin itu ngayomi, ngayemi, ngayahi rakyatnya 😀
sungguh ideal banget pemimpin yg bisa kayak gitu
Kami merindukan pemimpin yg demikian…
Pemimpin ditempat saya? hmm…. biasa aja tuh hehe,
pemimpin ditempat gw, pemimpin tipe kedua, pemimpin brengsek…
Saya merasa tidak ada pemimpin yang benar-benar bisa menerapkan ketiga hal di atas. Semua menjabat hanya demi kepentingan pribadi dan kelompok.
sangat sulit menemukan pemimpin yang memenuhi syarat seperti tiga kriteria diatas.
jika diantara kita saat ini ada yg sedang memegang amanah sebagai pemimpin, maka marilah dilaksanakan nilai-nilai yg disampaikan Mas Sedjatee.
setidaknya kita mulai pada lingkup yg lebih kecil sebelum beranjak pada sebuah negara.
salam hormat 🙂
Seharusnya emang pemimpin memiliki karakter seperti judul postingan ini 🙂
beberapa memang nggak ideal
tapi sebaik-baik pemimpin mungkin seperti yang salah satunya dicontohkan Umar bin Khatab ra..beliau menyatakan dengan lantang, jikalau ada yang tidak lurus padanya maka kewajiban rakyatlah yang harus meluruskan…
dan sambutan pertama datang dari rakyat jelata dengan pedangnya…
“Wahai amirul mukminin, jika kau tidak lurus maka pedang inilah yang akan meluruskannya..”
wallohu a’lam bishshowab…
salam kenal aja 🙂
pemimpin saya lembek 😦
Postingny keren pak! 😀 ,hm kalo sy blum bs memimpin diri sndiri..=,= hrus bnyk blajar..
baru ngerti nich arti2 kata tersebut…………..salam persahabatan sobat
ijin share gan