Teror, Mitos dan PSSI

Timnas merah putih dalam kondisi kritis setelah kekalahan di kandang Malaysia dalam laga final piala AFF. Malam ini, kesempatan terakhir untuk juara atau tidak sama sekali. Pelatih sendiri menyebut peluang menjadi juara tinggal sepuluh persen. Penonton kuatir, wartawan kuatir, pedagang kaos kuatir, calo tiket kuatir, pengedar tiket palsu kuatir, menpora kuatir. Seharusnya para kyai yang menggelar istighosah dengan para pemain juga kuatir. Agenda tak penting sekaligus tak lazim yang menguras enerji para pemain itu belum terbukti positif.

Rezim PSSI masih mempermasalahkan sinar laser dan serbuk penggatal yang mereka anggap sebagai teror penyebab kekalahan. PSSI lupa bahwa tiket yang terlampau mahal serta distribusi karcis yang primitif adalah teror bagi para pendukung timnas. Namun bukankah sindikasi teror non teknis adalah suatu yang telah lama dikenal di sepakbola? Menjelang Final Piala Dunia 1974 di Munich, media Jerman menulis fitnah dengan gambar palsu berjudul “Cruijff dan wanita-wanita telanjang”. Mereka memfitnah kapten Belanda, lawan mereka di final. Fitnah itu membuat Cruijff harus menelfon isterinya sepanjang malam untuk menjelaskan bahwa ia tak melakukan apa-apa. Dan beberapa jam kemjudian saat pertandingan digelar, magis Cruijff hilang, lalu Belanda, tim paling memukau sepanjang turnamen, kalah dari Jerman si tuan rumah. Pelatih Rinus Michels kemudian membuat simpulan bahwa kemampuan menghadapi teror adalah bagian dari kecerdasan dan strategi dalam sepakbola.

Situasi sedang kritis, tetapi dukungan pada timnas tetap menggelora. Pendukung tetap antre membeli tiket meski diguyur hujan dan dipermainkan oleh sistem penjualan tiket yang kampungan. Dukungan di jagad maya juga deras mengalir, salah satunya menyebut kisah pembalikan skor paling dramatis dalam sejarah final Liga Champions. Stadion Attaturk, Istanbul, 25 Mei 2005, AC Milan telah mencetak tiga gol di babak pertama, salah satunya di menit pertama oleh Maldini. Namun pada interval menit 54 hingga 60, Liverpool membuat pembalikan luar biasa melalui tiga gol Gerrard, Smicer dan Alonso. Hasil episode adu penalti akhirnya mendaulat Steven Gerrard mengangkat trofi kelima bagi klubnya di ajang itu. Media-media menjuluki partai itu sebagai “the greatest comeback”. Situs Wikipedia menyebutnya sebagai “Miracle of Istanbul”. Semoga timnas kita bisa menduplikasi mental, semangat dan kegigihan Liverpool untuk hasil positif malam nanti.

Seorang jurnalis menuliskan mitos yang diyakini para pendukung Liverpool menghadapi ‘peperangan Istanbul’ itu. Para Liverpudlian teringat tahun 1978, ketika gol Kenny Dalglish membawa Liverpool menjadi juara Eropa untuk kali kedua. Pada tahun tersebut Karol Wojtyla naik tampuk sebagai Paus Johanes Paulus II. Maka pada 2005 saat Joszef Ratzinger terpilih sebagai Paus Benediktus XVI, mereka meyakini mitos Liverpool akan jadi juara pada tahun pergantian Paus.

Timnas kita belum pernah mengenyam rasa juara piala AFF maka kita tak punya mitos untuk membuat sebuah keyakinan diluar nalar. Tetapi Indonesia punya cara lain yang lebih jauh dari nalar untuk menumbuhkan keyakinan. Meniru gurita Paul meramal pemenang final Piala Dunia 2010 antara Spanyol dan Belanda, di Indonesia gurita Gudel harus berputar-putar selama dua jam secara membosankan sebelum akhirnya memilih bendera merah putih dan bukan bendera Malaysia. Yang demikian disebut sebagai ramalan jitu lalu disambut dengan sukacita dan publikasi media.

Para pemain telah mencurahkan kegigihan dan kemampuan secara heroik sejak mula. Dan kini seluruh bangsa berada satu barisan mendukung timnas untuk menjadi juara AFF. Saya meyakini, para supporter akan secara elegan dan berintegritas untuk mendukung timnas, tidak dengan teror sekecil apapun. Gelar juara itu, jika nanti malam diraih, adalah buah dari optimisme dan kerja keras para pelatih, pemain dan juga dukungan para pecinta timnas. Optimisme tak bisa dilandasi hanya dengan ‘ramalan’ binatang yang tak jelas juntrungnya. Kemenangan juga bukan dari spanduk-spanduk politik yang gentayangan tak jelas di arena olahraga yang seharusnya steril dari syahwat-syahwat kekuasaan.

Mari kita dukung Timnas dengan support dan doa. Mari terus kita dukung para pemain meski kita para pecinta sepakbola telah lelah dizalimi oleh PSSI. Harga karcis yang melangit, distribusi karcis yang semrawut, hasrat politik menumpang tenar dan kekacauan pengelolaan sepakbola, sungguh sangat pahit, namun kita pantang menyerah mendukung timnas, bukan PSSI. Kita harus yakin, Tuhan punya banyak cara dan kuasa untuk menghukum rezim yang zalim. Teruslah berjuang Timnas Indonesiaku. Kami mendukungmu.

sumber gambar: republika.co.id ; gettyimages.com ; virginmedia.com

47 pemikiran pada “Teror, Mitos dan PSSI

  1. Garuda di dadaku..
    *optimis, indonesia menang*

    Masalah rezim, klo menurutku (maaf), emg negara kita ini selalu tak pernah beres dalam berbagai segi, mknya negara ini jd carut marut. Satu mslah belum sewlesai, terbuka masalah baru, tp belum jg selesai, terus begitu. Kasihan sekali sama penduduk negeri ini. Entah, apa yg ad dipikiran mereka yg berkuasa ini?akan kemana indonesia, di masa mendatang?pertanyaan ini kadang terselip dipikiranku…

  2. berakhir sudah gegap gempita hingar bingar sepakbola! ga dapet piala sih, tapi tetap berkesan kok! semangat masyarakat kita itu loh yang bikin ‘lain”!!

  3. aku bangga Indonesia menang sportif,
    apalagi Bustomi…. keren euy

    nontonnya deg2 an semalem,
    banyak peluang tercipta, tapi
    finishingnya kurang pas,
    jadi hilanglah peluang…

    tapi sekali lagi,
    Timnas Indonesia sudah bermain bagus,
    yang kurang cuma satu,
    Ketua Umum PSSI harus digantung,
    eh salah, diganti maksudnya..
    🙂

    1. iya nih Krik…
      dibahas dimana-mana, dari warung kopi sampai stasiun telepisi…
      tapi sayangnya yang dibahas gak pernah merasa..
      dia pikir rezimnya baek-baek saja,
      payah banget.. orang bejat memang mati hatinya..
      thanks kunjungannya Krik..

      sedj

  4. memperhatikan hebohnya puluhan ribu orang ngantri masuk stadion sejak siang hingga final berlangsung… yang terlintas hanyalah … beberapa orang yang terlewatkan menjalankan ibadah shalat ya…??? hiks… punteen…. btw nice topic… 🙂

  5. Pantes timnas jadi kalah, ternyata ada spanduk politik ikut-ikutan..kaya gini terus..bisa-bisa yang menang di setiap pemilu adalah partai golput, satu2nya partai yang ku dukung

  6. Apapun yang terjadi timnas telah mampu mempersatukan suporter sepakbola Indonesia dalam satu tujuan yaitu bhieneka tunggal ika melalui sepakbola.

    Semoga atmosfir sepakbola kita mampu bertahan seperti itu dan kekuatan timnas pun akan terus meningkat kualitasnya dari waktu ke waktu. Mudah2an piala ajang piala AFF kali ini menjadi pertanda bagus bagi kebangkitan sepakbola Indonesia.

    SELAMAT TAHUN BARU 2011

  7. Timnas, kebanggan Indonesia… maju terus, Insya Allah dengan tetap semangat & terus berusaha sepak bola kita akan semakin baik, semakin berkualitas.
    Sukses mas…

    Lama ga BW… Selamat Tahun Baru & Piss 😀

  8. dukungan publik yang luar biasa terhadap tim garuda seharusnya bisa dijadikan sebagai bahan refleksi bagi si nurdin dan kroni2nya agar tahu diri. dia bilang alergi politisasi sepakbola, tapi dia sendiri justru malah melakukannya tanpa tahu mau. selamat tahun baru, mas sedjatee, semoga makin tambah sukses.

Tinggalkan Balasan ke sedjatee Batalkan balasan