Dapatkah seorang dikatakan kaya jika ia tidak berharta? Kaum materialis jelas pasti menjawab tidak. Paradigma masyarakat hari ini pun jelas, ukuran kekayaan – juga kehormatan dan kesuksesan – adalah harta. Tak ada yang rancu dari pola piker itu. Menjadi kaya adalah sesuatu yang lumrah, sangat manusiawi. Menjadi kaya adalah hal terpuji. Banyak ibadah dan kemuliaan yang hanya bisa dilakukan ketika kaya. Agama pun memandang status kaya sebagai satu kekuatan. Lantas kaya yang seperti apa? Itulah perlunya satu redefinisi, pemaknaan kembali, terhadap frasa kaya.
Kita telah lama mengenal idiom sugih tanpa banda, kaya tanpa harta. Ini bukan paradoks tentang kekayaan. Orang bijak mengatakan, hakikat kaya bukanlah terletak pada seberapa banyak harta yang digenggam, melainkan seberapa banyak sanggup berbagi. Sugih tanpa banda adalah spirit untuk hidup sabar penuh rasa syukur, berjiwa besar dalam kesederhanaan. Ia juga ajaran untuk tidak cengeng ketika sempit namun murah hati ketika lapang.
Hidup sederhana bukanlah kutukan. Dalam perjuangannya, Mohandas Karamchand Gandhi mengajarkan empat hal salah satunya swadeshi. Swadeshi acapkali dimaknai sebagai hidup sederhana dan kemandirian. Gandhi mengajarkan hidup sederhana yang bermartabat, tidak gampang mengeluh. Ia tak sudi bangsanya yang terjajah itu lemah hanya karena situasi hidup penuh keterbatasan. Lalu Gandhi membangun karakter bangsanya untuk bangsa yang besar, tangguh dan mandiri.
Di jagad pakeliran, Ki Lurah Petruk menularkan ajaran sugih tanpa banda melalui namanya, Kantong Bolong. Bagi Petruk, kantongnya selalu bolong alias berlobang, selalu mengalir untuk berderma pada orang lain. Karena Petruk tahu, dalam kematian orang tak akan membawa harta apapun. Petruk menolak bila ukuran kekayaan dan kebesaran jiwa adalah harta. Petruk meyakini bahwa hakikat kaya adalah seberapa banyak ia sanggup berbagi, orang yang kaya adalah orang yang siap menjadi tangan diatas baik ketika lapang maupun sempit.
Dalam konteks reliji, konsep sugih tanpa banda punya irisan makna dengan terminologi zuhud. Pada artikel ke-31 dari hadits arbain, Imam Nawawi menyitir sebuah kisah bahwa sseorang mendatangi Kanjeng Nabi untuk bertanya: wahai Rasulullah, tunjukkan kepadaku sebuah amalan yang jika aku kerjakan, Allah dan manusia akan mencintaiku. Lalu Nabi bersabda: zuhudlah terhadap dunia maka engkau akan dicintai Allah dan zuhudlah terhadap apa yang ada pada manusia maka engkau akan dicintai manusia.
Zuhud dalam terminologi syar’i bermakna mengambil sesuatu yang halal hanya sebatas keperluan. Zuhud merupakan sifat mulia orang beriman karena tidak tertipu oleh dunia dengan segala kelezatannya. Zuhud bukan berarti meninggalkan dunia akan tetapi sebagaimana dikatakan Ibnu Taimiyyah “zuhud adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat di akhirat nanti, sedangkan wara’ adalah meninggalkan sesuatu yang ditakuti bahayanya di akhirat nanti.”
Kanjeng Nabi pernah mengingatkan kita semua “Demi Allah, bukanlah kefakiran yang aku takuti atas kalian, tetapi aku takut pada kalian dibukakannya dunia bagi kalian sebagaimana telah dibuka bagi umat sebelum kalian. Kemudian kalian berlomba-lomba sebagaimana mereka berlomba-lomba, dan menghancurkan kalian sebagaimana telah menghancurkan mereka.” (Muttafaqun ‘alaihi)
Jadi, hakikat kaya bukanlah pada seberapa banyak harta yang dihimpun, karena harta akan menemukan nilainya ketika berada di tangan yang membutuhkan, bukan yang hanya sekadar menghimpun. Ada banyak orang yang kebesaran jiwanya tertulis indah dibuku sejarah, meski mereka bukan orang yang dekat dengan harta, Abu Dzar al Ghiffari salah satunya.
Sebuah padang pasir, Dzulhijjah 32 Hijriyah, hanya ada tenda itu sendiri, tiada jiran tetangga, jauh dari keramaian manusia. Di tenda renta itu, seorang wanita menangis dihadapan suaminya yang tengah menghadapi ajal. Sang suami bertanya kepada sang isteri “Apa yang membuat engkau menangis, padahal kematian adalah haq?”. Sang istri menjawab dengan berurai air mata, “Aku menangis karena sangat sedih. Engkau akan meninggal, sementara aku tidak punya selembar kain pun untuk dijadikan kafanmu.” Sang suami memberi jawaban “jangan bersedih, aku pernah mendengar Rasulullah SAW. bersabda, “Suatu saat salah seorang di antara kalian akan ada yang meninggal di suatu padang sahara dan sekelompok orang Mukmin akan melihatnya. Dan Rasulullah juga pernah bersabda Allah amat menyayangi Abu Dzar. Ia berjalan seorang diri, meninggal seorang diri, dan akan dibangkitkan di akhirat seorang diri.” Akhirnya sosok berjiwa besar yang berprinsip hidup sederhana itu, Abu Dzar al Ghiffari, mengakhiri hayatnya dalam keadaan yang diucapkan Sang Nabi, ia berpulang dalam sepi, sederhana, seorang diri.
sumber gambar: lonelyplanet.com
Bahkan kadang orang kaya pun masih merasa miskin karena tak bisa beli Ferrari 😦
Setuju Om Is, bahkan fakir miskin pun berkesempatan menjadi kaya tanpa lembar merah di tangannya 🙂
memang harus bisa membatasi diri, kalau tidak mau bablas ke luar batas.
merasa cukup adalah kekayaan yang sesungguhnya..
tapi yang namanya manusia selalu punya nafsu yang tak terbatas..
Sugih banda marakke mumet ra mas? Mendingan sugih bojo 😆
sugih banda = mumet
sugih bojo = tambah mumet
sedj
Hahahahahaha! 😆
Mungkinkah maksudnya “cari calon istri yang tajir”? 😆
Bojo siji we mumet pak, apa maneh uakeh…
Kalau saya suka kaya hati daripada kaya harta. Betul?
Kalau saya suka dua-duanya Mas… wkkk Kaya harta juga dan kaya hati jadi jalan selaras, penting u/ hubungan ke sesama manusia dan hubungan ke Allah SWT..
Sugih tanpo bondo, menang tanpo ngalahake. Masih absurd Pak buat maqom pemahaman saya.
Yg penting tidak nikah tanpa istri, jelas gak bisa.
Ini kan punya Ronggowarsito
Ngluruk tanpa bala, Sugih tanpa banda; Sakti tanpa Aji; Menang tanpa ngasorake … kalau bisa njalani ini semua hebat euy ….. sejatinya hidup sdh digemgam… tapi kan manusia msh penuh nafsu yoo … perlu pernungan memahami hakekat hidup ini… mumet yaaa
kalau menurut saya, kekayaan itu ada pada bagaimana cara kita pandai mensyukuri atas apa yang Allah berikan kepada kita…
fuhhhh….
taushiyah di paragraph trakhir..
uda merinding dibuatnya Om…
salam hangat sahabat – uda riki
kekayaan itu bukan soal berapa banyak harta yang dipunyai tetapi seberapa banyak harta yang disyukuri
mantap kang alam
memang begitu seharusnya didefinisikan
sedj
saya setuju nih.. 🙂
sing penting SUGIH PANGAPURO AE… he..he
hakikat kaya bukanlah terletak pada seberapa banyak harta yang digenggam, melainkan seberapa banyak sanggup berbagi. *noted*
Mensyukuri apa yang ada karena harta kita sejatinya adalah apa yang melekat pada tubuh kita… . Dan kekayaan tak selalu dari segi lahiriah/materi saja.
saya rasa, dinegeri ini
konsep zuhud adalah kritik sosial,
mengamalkannya berarti melawan arus,
mengajarkannya berarti revolusi budaya.
kalo panembahan hilal yang paring pangendika
saya kok selalu merasa ayem Kang
matur nuwun…
sedj
pelajaran hidup yang bijaksana…
sugih tanpa banda, jika tepatri dalam hati, adem ayemlah…..
kurang lebih begitu lah Rin
sugih tanpa banda, bisa juga kaya hati meski miskin harta ya.. membantu tidak selalu dalam bentuk materi kan? jadi sebenarnya tidak ada alasan untuk tidak membantu sesama ya mas hehe..
Pingin Sugih?wani piro? hehehe* Kalo kekayaan emang identik dilihat dari materi ya
kaya itu, berapa banyak “harta” yang bisa memakmurkan orang lain 🙂
Tapi sayang kang, orang sekarang banyak yang tidak mengerti dengan apa yang sampean paparkan diatas. Mereka selalu berlomba-lomba mencari penghidupan di dunia hanya untuk saat ini. Dan hal ini bisa saya lihat dengan gamblang pada orang2 disekelilingku.
Semoga diriku tidak melupakan inti ajaran Nabi yang ini.
Salam hangat serta jabat erat selalu dari Tabanan
bener banget PakDhe
semoga bisa menjadi renungan bagi kita semua
sedj
Alhamdulillah,telah mendapat pencerahan bathin melalui tulisan ini ,
semoga kita semua bisa menjadi orang yg bersyukur walau tak harus banyak harta, bersyukur krn masih diberikan kesempatan utk berbagi, walau tak harus dlm bentuk materi .
terimakasih Mas krn telah mengingatkan .
salam
benar Bund
bersyukur adalah kunci kebahagiaan
sedj
Kita harus selalu bersyukur 🙂
Perbedaan antara manusia dan hewan. Bila hewan, seringkali merasa puas tapi tidak pernah bahagia. Sebaliknya, manusia seringkali merasakan kebahagiaan tapi tidak pernah puas.
Mas Sedjatee, saya suka dengan tulisan ini, suka dengan penggalan cerita kantong bolongnya. Di bahas tersendiri (tentang kantong bolong) kayaknya asyik juga mas..
Salam Ronda…
mendapat pelajaran indah dari Kang Hakim
semoga kita bisa membuktikan lebih baik dari hewan
sedj
tidak semua manusia seperti itu mas
mungkin “oknum” dari sebagian manusia yg seperti itu..
Assalamualaikum Wr Wb.
Kita boleh kaya asal dengan cara yang halal, dan kekayaan hati lebih utama tentunya.
Kita boleh kaya asal dengan cara yang halal, dan kekayaan hati lebih utama tentunya.
Membaca judul nya Banda, sama seperti nama kota di Aceh :Banda Aceh, kirain iya tadi ternyata bukan 😀
memang harta, tahta, dan wanita, 3 hal inilah yang membuat manusia jauh dari TUHAN nya, sungguh keridhaan dna kemulian TUHAN lah yang patut kita harap sekarang
Saleum,
kaya gak ada duitnya? apa kata dunia….. 😀
ungkapan diatas kadang masih sering kita dengar disekitar kita bang, padahal kaya itu gak mesti harus banyak duit dan harta. Banyak yg lupa bahwa kekayaan hati adalah yang terbaik… dimata Allah dan juga dimata manusia yang beriman.
kalau diaceh ada tuh ungkapan ” Hana Peng hana Inong = gak ada duit jgn harap dapat cewek.. ) 😀 semua nya gak mesti harus dengan harta.
saleum dmilano
Menghayati dan mengamalkan kesederhanaan diri merupakan nilai sejati dari kehidupan pribadi.
SALAM hangat dari Kendari. 8)
Semoga masih ada sebagian besar orang yang masih berpegangan pedoman ini……amin matur nuwun kang inspirasine………:)
aku mo ngomentarin potonya dulu 😀
kalau main prosot2an di situ enak kali yah 😀
— lanjut baca.
renungan yang membuat kita tersadar kalo ternyata harta bukan segala-galanya..
makasih kang 🙂
Menurut definisinya, kan kaya itu berarti punya banyak hal, dan hal itu khan bukan uang saja,
*ploktepokjidat…
Sugih itu kan bagaiman cara kita bersyukur. Orang yang punya banyak kekayaan tapi belum bersyukur rasanya belum pantas di sebut sugih 😦
Kita sudah membuktikan (sadar atau tidak) tentang “sugih tanpå båndå” dan “seberapa banyak mampu berbagi”…
BLBI dan Bank Century…adalah utang privat yg dinasionalisasi…
sugih tanpa banda
menang tanpa bala
donyo akhirat mulyo
wah saya mau dong jadi tipe orang yang “sugih tanpa banda”
biar nambah pahalaa
hehehe
yg jelas harta bkn ukurang kekayaan
Percuma kan orang yang susah payah mencari harta tapi mengorbankan keluarga(berantakan),lingkungan sosial (ga kenal tetangga kanan kiri gara2 sibuk cari harta),dll..
pengen sugih mas,, biar bisa naik haji dan mengajak teman2 sekampung mas, biar bisa bikin panti asuhan tanpa meminta2 sumbangan di jalanan mas, juga mendirikan mesjid juga tanpa meminta2 sumbangan di atas bis .. 🙂
hidup sederhana penuh syukur dan ikhlas,, itu lebih baik dari pada karya harta tapi hatinya hampa .. hehe
salam 🙂
Ha…..x9 mantapz mas. sing penting syukur. Sukses selalu.
Salam
Ejawantah’s Blog
ada saudara pakde yang menganut paham ini, yaitu dia punya banyak istri tapi dia secara materi dia tidak punya harta untuk nafkahnya, tapi para istrinya tidak ada yang komplain (menurut pandangan saya)
patokan menjadi sugih itu apa ya pak?:)
Saya merasa kaya setelah baca posting ini. Betapa bersyukurnya saya ditengah hutan masih bisa baca posting mencerahkan ini.
mendapat perenungan yang dalam .. saat membaca tulisan ini.. hmmm.. thanks for inspirasinya.. semangat berbagi mas sedjatee:)
Kisah Abu Dzar itu mengharukan mas Sedj.. terima kasih, renungan indah di hari Jum’at yg syahdu
Kegagahan dalam kemiskinan.. 😀
sugih atau kaya hati karena mensyukuri diri, sedang belajar utk itu 🙂
walau tanpa uang, kita bisa tetap kaya, dengan mengisi hati kita penuh dengan kebaikan… 😆
mati seorang diri bagus ga yah?
yang penting kan kita masih bisa terus memperkaya hati kita kan mas 🙂
Trims Kang, diingatkan kembali tentang ajaran Mahatma Gandhi …
Berusaha hidup dengan mensyukuri …
sy dulu sering mbaca kisah2 jenaka Petruk di sebuah komik lawas mas…
tp wktu kecil
skrg mas dah ngingetin2 lagi filosofi2 jawa yg luhur
mbok sy dishare woconan2 seperti itu mas.. 🙂
bersyukur dalam keadaan seperti apapun..
alhamdulillah<<<
Salam Takzim
Dapat ilmu Zuhud disini makasih kang
Salam Takzim Batavusqu
hindari sikap hedonisme ….. itu yg penting
I seemed to be aware of this already, nevertheless there were several beneficial pieces which concluded the picture to me, thanks a ton!
I really liked reading your post!. Quallity content. With such a valuable blog i believe you deserve to be ranking even higher in the search engines 🙂
Hidup sederhana saja, hehehe 😀
nice post…thanx for share…
nice blog gan
kalo berkenan mampir ke blog ane yuk sekalian tukeran link.
salam,
muslimshares
http://muslimshares.wordpress.com
Sugih boleh asal letaknya di tangan bukan di hati.. ya gak pak
Kami menawarkan obat alternatif untuk berbagai jenis penyakit kronis yang terbukti ampuh dan mujarab, serta bekerja cepat dalam membantu penyembuhan juga tanpa efek samping yang membuat tubuh anda menjadi lemah.
*info lengkap :
http://goo.gl/KJhcA5
http://goo.gl/pnRkfI
http://goo.gl/lPhAod
http://goo.gl/06mhRJ
http://goo.gl/7l8gW1
Sangat bagus, mohon diperbarui lagi aja, untuk bacaan yang bermakna, untuk versi 2014, sukses kang se
tulisan yang menginspirasi, keren bang… salut, terus berkarya.